Kamis, 21 Maret 2013

Kesehatan Mental "Tulisan 3"


Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan

Apakah kita dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya? Bagaimana cara kita menyesuaikan diri dengan lingkungan? 

Penyesuaian diri adalah bagaimana kita mampu beradaptasi dan bertindak dengan baik dan normal sesuai dengan lingkungan.

Penyesuaian diri menurut Schneider (Patosuwido, 1993) merupakan kemampuan untuk mengatasi kebutuhan, frustasi, dan kemampuan untuk mengembangkan mekanisme psikologi yang tepat. Sedangkan menurut Sawrey dan Telford (Colhoun & Acocella, 1990) penyesuaian diri merupakan interaksi terus-menerus antara individu dengan lingkungannya yang melibatkan system behavioural, kognisi, dan emosional.

Ciri-ciri penyesuaian diri yang efektif, seperti :
  1. Memiliki persepsi yang akurat terhadap realita.
  2. Memiliki kemampuan untukberadaptasi dengan tekanan, stress, ataupun kecemasan.
  3. Memiliki gambaran diri yang positif tentang dirinya.
  4. Memiliki kemampuan untuk mengekspresikan perasaannya.
  5. Memiliki kemampuan relasi interpersonal yang baik.

Sehingga individu yang memiliki ciri-ciri tersebut digolongkan kedalam individu yang memiliki kesehatan mental yang positif.

Penyesuaian diri memiliki 2 aspek, yakni :
  • Penyesuaian Pribadi

Penyesuaian pribadi yaitu individu yang mampu menerima dirinya sendiri mulai dari kelebihan maupun kekurangan yang ada dalam dirinya, sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitar.
  • Penyesuaian Sosial

Penyesuaian sosial merupakan proses dimana saling berinteraksi dan saling mempengaruhi antar individu. Proses penyesuaian sosial terjadi di lingkup tempat individu tersebut tinggal dan berinteraksi dengan orang lain.

Dalam proses penyesuaian sosial, individu mulai berkenalan dengan kaidah-kaidah dan peraturan-peraturan lalu mematuhinya sehingga terbentuk pembentukkan jiwa sosial pada dirinya dan menjadi pola tingkah laku kelompok yang menjadi penyesuaian sosial untuk menahan dan mengendalikan diri.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri
  • Lingkungan Keluarga

Dalam keluarga kita diajarkan bagaimana kita berinteraksi dengan anggota keluarga, seperti orang tua dan saudara kita. Dan keluarga lah tempat pembentukan karakter individu dan penyesuaian diri pertama kali.
  • Lingkungan Teman Sebaya

Lingkungan teman sebaya sangat menentukan bagaimana seorang individu menyesuaikan dan menempatkan dirinya sesuai dengan keadaan. Seseorang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik didalam lingkungan teman sebaya maka individu tersebut dapat dikatakan memiliki mental yang sehat dan baik.


Pertumbuhan Personal

Gambar diatas menunjukkan pertumbuhan seorang individu.

Manusia mengalami yang namanya proses tumbuh dan berkembang. Semenjak lahir sampai tua, kita mengalami pertumbuhan. Sebagai manusia yang normal dan sehat, akan mengalami proses pertumbuhan yang normal pula.

Pertumbuhan sendiri adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses-proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal yang sehat pada waktu yang normal.

Setiap individu mengalami pertumbuhan yang berbeda-beda. Sehingga mempengaruhi seseorang dalam proses menyesuaikan diri.

Menurut Carl Rogers, 3 aspek yang memfasilitasi pertumbuhan personal dalam suatu hubungan adalah :
  1. Keikhlasan kemampuan untuk menyadari perasaan sendiri dan kenyataan.
  2. Menghormati keterpisahan dari orang lain tanpa kecuali.
  3. Keinginan yang terus-menerus untuk memahami atau berempati terhadap orang lain.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Personal :
  1. Faktor biologis
  2. Faktor geografis
  3. Faktor budaya

Sumber :



Sumber Gambar :


Kesehatan Mental "Tulisan 2"


Teori Kepribadian Sehat

Setiap manusia memiliki kepribadian yang berbeda-beda, dimana kepribadian tersebut ada yang secara sadar maupun tidak sadar. Kepribadian yang sehat menunjukkan dirinya sehat. Seperti sebuah ungkapan “mens sana er corpore sano”, bahwa didalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat. Karena semua nya adanya keseimbangan antara jiwa dan raganya.


Aliran Psikoanalisa

Menurut Sigmund Freud (1856-1938) dalam aliran psikoanalisa, perilaku dan proses mental manusia dimotivasi oleh kekuatan-kekuatan dan konflik-konflik dari dalam dan manusia yang dapat mengontrol atas kekuatan tersebut.

Kepribadian yang sehat menurut Freud adalah hasil dari interaksi yang seimbang antara id, ego dan super ego. Karena fokus pada aliran ini adalah totalitas kepribadian manusia bukan pada bagian yang terpisah. Jika dorongan-dorongan itu tidak bias disalurkan maka akan menyebabkan gangguan kepribadian dan akan mengganggu kesehatan mental atau disebut psikoneurosis.

Kepribadian yang sehat menurut psikoanalisis, yaitu :
  1. Individu beregrak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
  2. Memiliki kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan dengan proses belajar.
  3. Seimbangnya fungsi dari super ego terhadap id dan ego.
  4. Pada mentalnya tidak terdapat gangguan atau penyimpangan.
  5. Dengan dorongan dan keinginannya dapat menyesuaikan keadaan sekitar.


Aliran Behaviouristik

Menurut John B. Watson (1879-1958) dalam aliran behaviourisme, perilaku manusia dipengaruhi oleh oleh lingkungannya. Dimana manusia dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya. Aliran ini pula menekankan pada tingkah laku yang nampak.  

Kepribadian menurut aliran Behaviourisme, manusia dianggap memberikan respon yang pasif terhadap stimulus-stimulus dari luar. Kepribadian manusia sebagai suatu system yang bertingkah laku sesuai dengan peraturan dan menganggap manusia tidak memiliki sikap diri sendiri.

Kepribadian yang sehat menurut Behaviouristik, yaitu :
  1. Memberikan respon terhadap faktor dari luar.
  2. Bertindak secara sistematis dan dipengaruhi oleh pengalaman.
  3. Karena tidak memiliki sikap bawaan sendiri, maka sangat dipengaruhi sekali oleh faktor eksternal.
  4. Tingkah laku dapat diamati dengan menggunakan metode objektif.


Aliran Humanistik

Aliran Humanistik merupakan kontribusi dari psikolog-psikolog seperti Gordon Allport, Abraham Maslow dan Carl Rogers.

Menurut aliran Humanistik, kepribadian yang sehat adalah individu dituntut untuk mengembangkan potensi yang terdapat didalam dirinya. Dan ciri dari kepribadian yang sehat adalah mapu mengaktualisasikan diri. Aktualisasi diri berlangsung terus dan tidak pernah statis atau selesai. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu.

Menurut Gordon Allport, kepribadian yang matang memiliki ciri-ciri, seperti :
  1. Ekstensi sense of self.
  2. Hubungan akrab dan hangat dengan orang lain.
  3. Penerimaan diri atau keamanan emosional.
  4. Pandangan-pandangan realistis, keahlian dan penugasan.
  5. Keterampilan-keterampilan dan tugas-tugas.
  6. Objektifikasi diri, seperti insight dan humor.
  7. Filsafat hidup.


Ciri-ciri orang yang berfungsi sepenuhnya menurut Allport, seperti :
  1. Keterbukaan terhadap pengalaman (openness to experience).
  2. Hidup menjadi (existential living).
  3. Keyakinan organismik (organismic trusting).
  4. Pengalaman kebebasan (experiental freedom).
  5. Kreativitas (creativity).


Menurut Carl Rogers, kepribadian yang sehat itu bukan merupakan suatu keadaan dari ada, melainkan suatu proses, “ suatu arah bukan suatu tujuan”.

Jadi, orang-orang yang berfungsi dengan sepenuhnya tampak hidup sepenuhnya karena mereka mampu mengalami secara mendalam keseluruhan emosi, kebahagiaan dan kesusahan, kegembiraan dan keputusaasan merupakan kepribadian yang sehat. Semua manusia pada dasarnya baik dan memiliki potensi untuk sehat dan kreatif. Dan gangguan mental dapat berkembang karena adanya tekanan sosial.

Sumber :
Schultz, Duane. (2011). psikologi pertumbuhan: model-model kepribadian sehat. Yogyakarta: Kanisius


Selasa, 19 Maret 2013

Kesehatan Mental "Tulisan 1"


Konsep Sehat


Sehat bisa dikatakan suatu keadaan dimana seluruh bagian dari manusia dapat berfungsi dengan baik dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Kesehatan mental atau mental health atau mental hygiene, berkaitan dengan terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit kejiwaan dimana adanya keseimbangan individu tersebut  terhadap kondisi lingkungan sekitarnya. 

Sebagai sebuah disiplin ilmu dibidang psikologi, kesehatan mental atau mental hygiene adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan mental dan bertujuan untuk mencegah serta mengobati individu dari gangguan kejiwaan (Kartono dkk, 1989: 3).

Istilah kesehatan mental diambil dari konsep mental hygiene, kata mental berasal dari bahasa Yunani yang berarti kejiwaan. Kata mental memiliki persamaan makna dengan kata “psyche” yang berasal dari bahasa Latin yang berarti jiwa atau psikis. Jadi mental hygiene berarti mental yang sehat atau kesehatan mental.

Banyak cara dalam mendefinisikan kesehatan mental atau mental hygiene (Latipun, 2005: 43), yaitu :

  1. Karena tidak mengalami gangguan mental.
  2. Tidak jatuh sakit akibat stressor (penyebab terjadinya stress).
  3. Sesuai dengan kapasitasnya dan selaras dengan lingkungan.
  4. Tumbuh dan berkembang secara positif.

Johada (dalam Notosoedirdjo dan Latipun, 2005: 41) terdapat 3 ciri pokok mental yang sehat, yaitu :

  1. Seseorang melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan atau melakukan usaha untuk menguasai dan mengontrol lingkungannya sehingga tidak pasif menerima begitu saja kondisi sosialnya.
  2. Seseorang menunjukan keutuhan kepribadiannya mempertahankan integrasi kepribadian yang stabil yang diperoleh sbagai akibat dari pengaturan yang aktif.
  3. Seseorang mempersepsikan “dunia” dan dirinya dengan benar, independen dalam hal kebutuhan pribadi.

Menurut World Federation for Mental Health kesehatan mental dirumuskan sebagai berikut:

  1. Kesehatan mental sebagai kondisi yang memungkinkan adanya perkembangan yang optimal baik secara fisik, intelektual, dan emosional, sepanjang hal itu sesuai dengan keadaan orang lain.
  2. Masyarakat yang baik adalah masyarakat yang membolehkan perkembangan pada anggota masyarakat lainnya saat menjamin dirinya berkembang dan toleran terhadap masyarakat yang lain.

Sejarah dan Perkembangan Kesehatan Mental

   Secara historis, kesehatan mental terbagi ke dalam dua periode yaitu periode pra ilmiah dan periode ilmiah (Langgulung,1986:23).

1. Periode Pra Ilmiah

Sejak zaman dulu sikap terhadap gangguan kepribadian atau mental telah muncul dalam konsep primitif animisme, yakni ada kepercayaan bahwa dunia ini diawasi atau dikuasai oleh roh-roh atau dewa-dewa. Dan orang Yunani percaya bahwa gangguan mental itu terjadi karena dewa marah dan membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra.dan korban.

Perubahan sikap terhadap tradisi animism terjadi pada zaman Hipocrates (460-467), dengan menggunakan pendekatan naturalism, suatu aliran yang berpendapat bahwa gangguan mental atau fisik itu merupakan akibat dari alam.

Selanjutnya pendekatan naturalism ini tidak dipergunakan lagi dikalangan orang-orang Kristen. Seorang dokter Perancis, Philipe Pinel (1745-1826) menggunakan filsafat politik dan social untuk memecahkan problem penyakit mental.

2. Periode Ilmiah (Modern)

Perubahan yang sangat berarti dalam sikap dan era pengobatan gangguan mental, yaitu dari animisme (irrasional) dan tradisional ke sikap dan cara yang ilmiah (rasional) , yang terjadi saat berkembangnya psikologi abnormal dan psikiatri di Amerika serikat pada tahun 1783. Ketika itu Benyamin Rush (1745-1813) menjadi anggota medis di rumah sakit Penisylvania. Saat itu pengetahuan tentang penyakit kegilaan sangat kurang sehingga untuk mengetahui bagaimana menyembuhkannya menjadi kurang juga. Namun Rush melakukan usaha yang sangat berguna untuk memahami orang-orang yang mengalami gangguan mental dengan memberikan dorongan (motivasi) untuk mau bekerja, rekreasi, dan mencari kesenangan.

Perkembangan psikologi abnormal dan psikiatri memberikan pengaruh kepada lahirnya mental hygiene yang berkembang menjadi body of knowledge dengan gerakan-gerakan yang teroganisir. Dua tokoh perintis yang mempengaruhi perkembangan kesehatan mental, yaitu Dorothea Lynde Dix (1802-1887) dan Clifford Whittingham Beers (1876-1943) dimana mereka mendedikasikan hidupnya di bidang pencegahan gangguan mental dan pertolongan bagi orang-orang miskin dan lemah.

Dorothea Lynde Dix membangun kesadaran masyarakat umum untuk memperhatikan kebutuhan para penderita gangguan mental, karena usahanya di Amerika didirakan 32 rumah sakit jiwa (AF. Jailani,2005: 54).

Sedangkan selama decade 1900-1909 beberapa organisasi kesehatan mental didirikan, seperti American Social Hygiene Association (ASHA), dan American Federation for Sex Hygiene. Semua perkembangan gerakan-gerakan di bidang kesehatan mental berkat jasa Clifford Whittingham Beers yang dinobatkan sebagai “The Founder of The Mental Hygiene Movement”. Pada tahun 1908, dia menindak lanjuti gagasannya dengan mempublikasikan sebuah tulisan otobiografinya sebagai mantan penderita gangguan mental yang berjudul “A Mind That Found It Self”. Beers yakin bahwa penyakit atau gangguan mental dapat dicegah dan disembuhkan.

Gagasan-gagasan Beers membuat tertarik Adolf Mayer yang menyarankan member nama gerakan tersebut dengan nama “Mental Hygiene”.

Tahun 1908, sebuah organisasi pertama didirikan dengan nama Connectievt Society for Mental Hygiene. Kemudian 1 tahun kemudian 19 Februari 1909 didirikan National Commitye Society for Mental Hygiene dengan Beers sebagai sekretarisnya.

Deustch mengemukakan bahwa pada masa dan pasca Perang Dunia I, gerakan kesehatan mental mengkonsentrasikan programnya untuk membantu mereka yang menalami masalah yang serius. Gerakan ini mendapat pengukuhan pada 3 Juli 1946 oleh Presiden Amerika Serikat yang menandatangani “The National Mental Health Act”. 

Pada tahun 1905, berdiri organisasi kesehatan mental “National Association for Mental Health” yang bekerja sama dengan “National Committee for Mental Hygiene, National Mental Health Foundation, and Psychiatric Foundation”. Dan dibelahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui World Federation for Mental Health dan World Health Organization.


Pendekatan Kesehatan Mental
   
  Saparinah sadli (dalam Suroso, 2001: 132) mengemukakan tiga orientasi kesehatan mental.

  •     Orientasi Klasik
   Seseorang dianggap sehat bila ia tidak mempunyai keluhan tertentu seperti ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri atau perasaan tidak berguna yang semuanya menimbulkan perasaan sakit atau rasa tidak sehat, serta mengganggu efisiensi kegiatan sehari-hari.
  •     Orientasi Penyesuaian Diri
  Seseorang dianggap sehat mental bila ia mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan orang-orang lain serta lingkungan sekitarnya.
  •     Orientasi Pengembangan Potensi
   Seseorang dianggap mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan sehingga ia bias dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri.

Sumber : 
  Rochman, Kholil Iur. Desember. 2010. Kesehatan Mental. Purwokerto: Fajar Media Fress


Sumber Gambar :