Kamis, 20 Juni 2013

Rangkuman Materi Kesehatan Mental

1.   Konsep Sehat
Sebagai sebuah disiplin ilmu dibidang psikologi, kesehatan mental atau mental hygiene adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan mental dan bertujuan untuk mencegah serta mengobati individu dari gangguan kejiwaan (Kartono dkk, 1989: 3).

Istilah kesehatan mental diambil dari konsep mental hygiene, kata mental berasal dari bahasa Yunani yang berarti kejiwaan. Kata mental memiliki persamaan makna dengan kata “psyche” yang berasal dari bahasa Latin yang berarti jiwa atau psikis. Jadi mental hygiene berarti mental yang sehat atau kesehatan mental.

       Saparinah sadli (dalam Suroso, 2001: 132) mengemukakan tiga orientasi kesehatan mental, yaitu :
·         Orientasi Klasik
Seseorang dianggap sehat bila ia tidak mempunyai keluhan tertentu seperti ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri atau perasaan tidak berguna yang semuanya menimbulkan perasaan sakit atau rasa tidak sehat, serta mengganggu efisiensi kegiatan sehari-hari. 
·         Orientasi Penyesuaian Diri
       Seseorang dianggap sehat mental bila ia mampu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan orang-orang lain serta lingkungan sekitarnya.

·         Orientasi Pengembangan Potensi
       Seseorang dianggap mencapai taraf kesehatan jiwa, bila ia mendapat kesempatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan sehingga ia bias dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri.


2.   Teori Kepribadian Sehat
Setiap manusia memiliki kepribadian yang berbeda-beda, dimana kepribadian tersebut ada yang secara sadar maupun tidak sadar. Kepribadian yang sehat menunjukkan dirinya sehat. Seperti sebuah ungkapan “mens sana er corpore sano”, bahwa didalam tubuh yang kuat terdapat jiwa yang sehat. Karena semua nya adanya keseimbangan antara jiwa dan raganya.

·         Aliran Psikoanalisa
Kepribadian yang sehat menurut Freud adalah hasil dari interaksi yang seimbang antara id, ego dan super ego. Karena fokus pada aliran ini adalah totalitas kepribadian manusia bukan pada bagian yang terpisah. Jika dorongan-dorongan itu tidak bias disalurkan maka akan menyebabkan gangguan kepribadian dan akan mengganggu kesehatan mental atau disebutpsikoneurosis.

·         Aliran Behavioristik
Kepribadian menurut aliran Behaviourisme, manusia dianggap memberikan respon yang pasif terhadap stimulus-stimulus dari luar. Kepribadian manusia sebagai suatu system yang bertingkah laku sesuai dengan peraturan dan menganggap manusia tidak memiliki sikap diri sendiri.

·         Aliran Humanistik
Menurut aliran Humanistik, kepribadian yang sehat adalah individu dituntut untuk mengembangkan potensi yang terdapat didalam dirinya. Dan ciri dari kepribadian yang sehat adalah mapu mengaktualisasikan diri. Aktualisasi diri berlangsung terus dan tidak pernah statis atau selesai. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu.


3.   Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan
A.  Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri adalah bagaimana kita mampu beradaptasi dan bertindak dengan baik dan normal sesuai dengan lingkungan. Penyesuaian diri menurut Schneider (Patosuwido, 1993) merupakan kemampuan untuk mengatasi kebutuhan, frustasi, dan kemampuan untuk mengembangkan mekanisme psikologi yang tepat. Sedangkan menurut Sawrey dan Telford (Colhoun & Acocella, 1990) penyesuaian diri merupakan interaksi terus-menerus antara individu dengan lingkungannya yang melibatkan system behavioural, kognisi, dan emosional.

Penyesuaian diri memiliki 2 aspek, yakni :
·         Penyesuaian Pribadi
Penyesuaian pribadi yaitu individu yang mampu menerima dirinya sendiri mulai dari kelebihan maupun kekurangan yang ada dalam dirinya, sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitar.

·         Penyesuaian Sosial
Penyesuaian sosial merupakan proses dimana saling berinteraksi dan saling mempengaruhi antar individu. Proses penyesuaian sosial terjadi di lingkup tempat individu tersebut tinggal dan berinteraksi dengan orang lain.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri
-     Lingkungan Keluarga
-     Lingkungan Teman Sebaya

B.  Pertumbuhan Personal
Pertumbuhan sendiri adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses-proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal yang sehat pada waktu yang normal. Setiap individu mengalami pertumbuhan yang berbeda-beda. Sehingga mempengaruhi seseorang dalam proses menyesuaikan diri.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Personal :
1.            Faktor biologis
2.            Faktor geografis
3.            Faktor budaya

4.   Teori Kepribadian
Kepribadian adalah terjemahan dari bahasa Inggris “personality” dan kata “persona” berasal dari bahasa Yunani yang berarti topeng.

A.     Gordon W. Allport (1897-1967)
Allport menyatakan “kepribadian adalah organisasi dinamis dari system-sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan caranya yang khas (unik) dalam penyesuaian dengan lingkungan.”
Pandangan-pandangan Allport tentang sifat-sifat khusus dari kepribadian terbagi ke dalam tujuh kriteria kepribadian yang matang, yaitu:
1.      Perluasan Perasaan Diri
2.      Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain
3.      Keamanan Emosional
4.      Persepsi Realistis
5.      Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas
6.      Pemahaman Diri
7.      Filsafat Hidup yang Mempersatukan

B.     Carl Rogers (1902-1987)
Kepribadian yang sehat adalah suatu proses atau suatu arah. Aktualisasi diri berlangsung terus, tidak pernah merupakan suatu kondisi yang selesai atau statis. Tujuannya yakni orientasi ke masa depan, menarik individu kedepan dan selanjutnya mendiferensiasikan dan mengembangkan segala segi dari diri.

Lima sifat orang yang berfungsi sepenuhnya, yaitu :
1.      Keterbukaan pada pengalaman
2.      Kehidupan eksistensial
3.      Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri 
4.      Perasaan bebas
5.      Kreatifitas

C.    Abraham Maslow (1908-1970)
Prasyarat untuk mencapai aktualisasi diri ialah dengan memuaskan kebutuhan yang berada dalam tingkat yang lebih rendah, yaitu :

1.      Kebutuhan-kebutuhan fisiologis
2.      Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman
3.      Kebutuhan-kebutuhan akan rasa memiliki dan cinta
4.      Kebutuhan akan penghargaan
5.      Kebutuhan akan aktualisasi diri

D.    Erich Fromm (1900-….)

Fromm menyebutkan kepribadian yang sehat, yaitu orientasi produktif. “Orientasi” adalah suatu sikap umum atau segi pandangan yang meliputi semua segi kehidupan, respons-respons intleketual, emosional, dan sensoris terhadap orang-orang, benda-benda, dan peristiwa-peristiwa di dunia dan juga terhadap diri. “Produktif” adalah orang yang menggunakan semua tenaga dan potensinya. Orang-orang yang sehat menciptakan diri mereka dengan melahirkan semua potensi mereka, dengan menjadi semua kesanggupan mereka, dengan memenuhi semua kapasitas mereka.

Jadi, orientasi produktif suatu keadaan ideal atau tujuan perkembangan manusia dan belum pernah dicapai dalam masyarakat manapun.  


5.   Stress
Stress merupakan suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis. Dapat dikatakan juga stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi, dan lain-lain.

GAS (General Adaptation Syndrom) merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress. Respon yang terlibat didalam nya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Terdapat 3 fase, yaitu :
-     Fase Alarm                       (waspada)
-     Fase Resistance             (melawan)
-     Fase Exhaustion             (kelelahan)

Faktor-faktor individual dan sosial yang menjadi penyebab stress, yaitu :
-     Faktor Individu
-     Faktor Sosial

Tipe-tipe stress terbagi menjadi empat, yaitu :
-     Tekanan
-     Frustasi
-     Konflik
-     Kecemasan

Strategi coping yang spontan mengatasi stress, yaitu :
-     Problem-Pocused Coping (coping yang berfokus pada masalah)
-     Emotional-Pocused Coping (coping yang berfokus pada emosi)


6.   Coping Stress
Coping merupakan suatu cara menanggulangi, menerima, menguasai segala sesuatu yang bersangkutan dengan diri kita. Biasanya ketika sedang mengalami masalah lalu stress, maka kita mengendalikan emosi kita dengan menyesuaikan dengan keadaan, pengalihan atau coping.

Jenis jenis coping, yaitu :
-     Strategi Pendekatan (approach strategy)
-     Strategi Menghindar (avoidance strategy)

Jenis-Jenis Coping yang Konstruktif dan Positif
a.  Coping yang konstruktif
-     Escape
-     Accepteance
-     Avoidance
-     Avoidant coping

b. Coping yang positif
-       Active coping
-       Problem solving focused coping
-       Distancing
-       Planful problem solving
-       Positive reappraisal
-       Self control
-       Emotion focused coping
-       Seeking social support
-       Positive reinterpretation


7.   Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan
A.     Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri (adjustment) merupakan suatu istilah yang sulit dijelaskan karena penyesuaian diri (adjustment) mengandung banyak arti.
Penyesuaian dapat dilihat dari 3 sudut pandang, yaitu :
-     Penyesuaian Diri sebagai Bentuk Adaptasi
-     Penyesuaian Diri sebagai Bentuk Konformitas
-     Penyesuaian sebagai Usaha Penguasaan

B.     Pertumbuhan Personal

Pertumbuhan sendiri adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses-proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal yang sehat pada waktu yang normal.

-     Penekanan Pertumbuhan Diri
Pertumbuhan dapat juga diartikan sebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif secara berkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.

-     Variasi Dalam Pertumbuhan
Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan yang menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri.

-     Kondisi - Kondisi Untuk Bertumbuh
Jika kondisi-kondisi tubuh itu berfungsi dengan baik, maka proses pertumbuhannya pun akan berjalan dengan baik.


8.   Hubungan Interpersonal
Hubungan Interpersonal yaitu ketika kita berkomunikasi dengan seseorang, kita tidak hanya menyampaikan isi pesannya saja melainkan menentukan kadar hubungan interpersonalnya.

Menurut psikologi komunikasi, semakin baik hubungan interpersonal seseorang maka semakin terbuka seseorang itu untuk mengungkapkan dirinya, semakin cermat dalam persepsinya tentang dirinya dan orang lain, serta semakin efektifnya komunikasi diantara komunikan.

A.     Model - Model Hubungan Interpersonal
-        Model Pertukaran Sosial
-        Model Peranan
-        Model Interaksional

B.     Cara Memulai Hubungan
Pembentukan Kesan Dan Ketertarikan Interpersonal Dalam Memulai Hubungan, yaitu :
-        Pembentukkan
-        Peneguhan Hubungan
-        Intimasi dan Hubungan Pribadi
-        Intimasi dan Pertumbuhan


9.   Cinta dan Perkawinan
A.   Deskripsi Cinta dan Perkawinan
1)     Cinta
Cinta merupakan sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Cinta juga merupakan aksi atau kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa empati, pengorbanan diri, perhatian, kasih sayang, dan lain-lain. Cinta adalah suatu perasaan positif yang diberikan kepada manusia atau benda lainnya dan itu semua bisa dialami oleh semua mahluk.
2)    Perkawinan
Perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hokum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam budaya setempat yang meresmikan hubungan antar pribadi yang biasanya intim dan seksual. Perkawinan umumnya dimulai dan diresmikan dengan upacara pernikahan. Dan biasanya perkawinan dilandasi dengan yang namanya “cinta”.

a.     Tujuan perkawinan, yakni :
-        Mendapatkan keturunan
-        Meningkatkan derajat dan status sosial
-        Mendekatkan kembali hubungan kerabat yang sudah renggang
-        Agar harta warisan tidak jatuh ke orang lain

b.     Bentuk-bentuk perkawinan, yaitu :
-        Monogami          : perkawinan antara satu orang laki-laki dengan satu orang perempuan.
-        Poligami              : perkawinan santara satu orang wanita dengan lebih dari satu orang laki-laki, ataupun sebaliknya. Poligami dibagi menjadi dua, yaitu :
·         Poligini         ; seorang laki-laki beristri lebih dari satu orang wanita. Poligini terbagi atas dua macam, yaitu : Sororat dan Non sororat
·         Poliandri      ; seorang wanita bersuami lebih dari satu orang laki-laki. Poliandri terbagi atas dua macam, yaitu : Fraternal dan Non Fraternal

c.      Bagaimana Memilih Pasangan
Dalam memilih pasangan biasanya berdasarkan pilihan kita sendiri walaupun banyak juga yang meminta persetujuan atau pendapat dari orang-orang terdekat seperti keluarga khususnya orang tua. Walau bagaimana pun dalam sebuah pernikahan tidak hanya menyatukan dua insan saja, tetapi kita menyatukan dua keluarga yang pastinya memiliki latar belakang yang berbeda satu sama lain.

Berikut terdapat beberapa kriteria dalam memilih calon pasangan hidup, khususnya yang beragama Islam yaitu :
·         Seagama
·         Memiliki akhlak yang baik (sholeh ataupun sholehah)
·         Memiliki dasar pendidikan agama yang baik
·         Rajin dan taat beribadah
·         Sehat secara fisik dan psikologis
·         Bagi seorang wanita, mampu melahirkan anak atau memiliki keturunan
·         Disetujui dan direstui oleh kedua belah pihak keluarga

d.     Seluk Beluk Hubungan Dalam Perkawinan
Azas perkawinan menurut UU No.1 Tahun 1974 mengandung :
1.     Tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia dan kekal.
2.     Suatu perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hokum masing-masing Agama dan Kepercayaannya, perkawinan harus dicatat menurut perundang-undangan yang berlaku.
3.     Azas monogami adalah suatu perkawinan seorang pria hanya boleh mempunyai seorang istri, seorang wanita hanya boleh mempunyai seorang suami. Seorang suami dapat beristri lebih dari satu apabila diizinkan Pengadilan dengan persyaratan :
-       Isteri tidak dapat menjalankan kewajibannya
-       Isteri cacat badan atau penyakit yang tidak dapat sembuh
-       Isteri tidak dapat melahirkan keturunan
4.    Calon Suami Isteri harus telah matang jiwa dan raganya untuk melangsungkan untuk melangsungkan perkawinan agar dapat mewujudkan tujuan perkawinan secara baik tanpa berakhir dengan perceraian.
5.    UU ini mempersempit terjadinya perceraian kecuali harus ada alasan-alasan tertentu serta harus dilakukan didepan sidang Pengadilan.
6.    Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kewajiban suami baik dalam kehidupan berumah tangga maupun dalam pergaulan masyarakat.

e.     Penyesuaian dan Pertumbuhan Dalam Perkawinan
Penyesuaian perkawinan adalah dua orang yang memasuki tahap perkawinan dan mulai membiasakan diri dengan situasi baru sebagai suami istri yang saling menyesuaikan dengan kepribadian, lingkungan, kehidupan keluarga, dan saling mengakomodasikan kebutuhan, keinginan, dan harapan.
Satu sampai dua tahun pertama dalam perkawinan merupakan tahun yang paling penting sekali dalam penyesuaian perkawinan. Karena pada tahun-tahun itu pasangan tersebut harus melakukan penyesuaian antara kepribadian, emosional, seksual, intelektual dan yang lain satu sama lain.  
Dan pada masa dewasa dini adalah masa dimana individu meyelesaikan pertumbuhannya dan siap menerima kedudukan baru dalam masyarakat, pertumbuhan dan perkembangan aspek-aspek fisiologis dan berusia 20-40 tahun.

f.     Perceraian dan Pernikahan Kembali
Setiap pasangan yang baru menikah pasti menginginkan rumah tangganya akan langgeng hingga akhir hayat, dan itu semua bisa tercapai apabila adanya komunikasi yang baik antar pasangan, saling percaya, saling menghargai, dan setia satu sama lain. Namun, dalam menjalani sebuah mahligai rumah tangga biasanya tidak semulus apa yang diharapkan. Biasanya banyak kerikil-kerikil tajam yang sering kali menimbulkan keributan, cekcok atau pertengkaran didalam rumah tangga tersebut. Bahkan jika masalah dalam rumah tangga tersebut tidak dapat menemukan penyelesaian atau semakin parah keributannya maka hal terburuk yang terjadi adalah terucapnya kata “perceraian”. Dan setelah perceraian itu benar-benar terjadi, biasanya banyak yang trauma dengan pernikahan sehingga takut untuk berhubungan dengan lawan jenis, tetapi tidak sedikit pula yang langsung membuka diri untuk orang lain dan jika telah menemukan kecocokan satu sama lain, yang akhirnya memutuskan untuk menikah kembali akan terjadi. Dan mereka akan belajar dari pengalaman masa lalunya yang suram agar tidak terjadi lagi pada pernikahan yang berikutnya.  

g.     Single Life

Hidup melajang atau membujang kerap kali terjadi disekitar kita, bukan karena tidak ada yang mau dengannya atau bisa dibilang “tidak laku”. Tetapi banyak dari mereka yang sibuk dengan dunianya seperti dunia kerja,  apalagi jika pekerjaan mereka telah membuat hidupnya bercukupan maka tak jarang dari mereka enggan membuka dirinya untuk orang lain. Itulah yang menyebabkan banyak wanita dan pria yang sebenarnya sudah cukup untuk melepas masa lajangnya justru lebih senang dan nyaman untuk hidup melajang.
Padahal di agama kita sangat dianjurkan jika seseorang yang sudah memasuki usia siap menikah, mapan dan mampu untuk menikah, karena menikah merupakan sebuah ibadah kita kepada Allah SWT.
Dan sebenarnya kita diciptakan Allah SWT sudah berpasang-pasangan dan akan lebih baik jika itu semua dipersatukan dan disahkan dalam ikatan pernikahan.