Kamis, 18 April 2013

Coping Stress





1.       Pengertian dan Jenis-Jenis Coping

Coping merupakan suatu cara menanggulangi, menerima, menguasai segala sesuatu yang bersangkutan dengan diri kita. Biasanya ketika sedang mengalami masalah lalu stress, maka kita mengendalikan emosi kita dengan menyesuaikan dengan keadaan, pengalihan atau coping.

Jenis jenis coping, yaitu :

  • Strategi Pendekatan (approach strategy)

Usaha kognitif untuk memahami penyebab stress atau stressor dan usaha menangani hal tersebut dengan cara menghadapinya.

  • Strategi Menghindar (avoidance strategy)

                Usaha kognitif untuk menyangkal atau meminimalisir stressor yang muncul dalam perilaku dengan cara menghindari dari hal tersebut.


2.       Jenis-Jenis Coping yang Konstruktif dan Positif

            a.       Coping yang konstruktif
-          Escape
Usaha untuk menghilangkan stress dengan melarikan diri dari masalah dan beralih pada hal-hal yang tidak baik, seperti merokok, narkoba, dll.

-          Accepteance
Karena tidak ada lagi yang dapat memecahkan masalah, maka lebih memilih pasrah dan menerimanya.

-          Avoidance
Individu berusaha menyanggah dan mengingkari serta melupakan masalah-masalah yang ada pada dirinya.

-          Avoidant coping
Strategi yang dilakukan individu untuk menjauhkan diri dari sumber stress dengan cara melakukan suatu aktivitas atau menarik diri dari suatu kegiatan atau situasi yang berpotensi menimbulkan stress.


b.      Coping yang positif
-          Active coping
Strategi yang dirancang untuk mengubah cara pandang individu terhadap sumber stress.

-          Problem solving focused coping
Individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk mehilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stress.

-          Distancing
Usaha untuk menghindari permasalahan dan menutupinya dengan pandangan yang positif dan menganggap remeh suatu masalah.

-          Planful problem solving
Individu membentuk suatu strategi dan perencanaan menghilangkan dan mengatasi stress dengan melibatkan tindakan yang teliti, hati-hati, bertahap, dan analitis.

-          Positive reappraisal
Usaha untuk mencari makna positif dari permasalahan dengan pengembangan diri dan melibatkan hal-hal religi.

-          Self control
Suatu bentuk dalam penyelesaian masalah dengan cara menahan diri, mengatur perasaan, tidak tergesa-gesa dan hati hati dalam mengambil tindakan.

-          Emotion focused coping
Melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam penyesuaian diri dengan dampak yang ditimbulkan oleh kondisi yang penuh tekanan.

-          Seeking social support
Suatu cara yang dilakukan individu dalam menghadapi maslah dengan cara mencari dukungan sosial pada keluarga atau lingkungan sekitar, berupa simpati atau perhatian.

-          Positive reinterpretation
respon dari individu dengan cara merubah dan mengembangkan dalam kepribadiannya atau mencoba mengambil pandangan positif dari sebuah masalah.

Sumber :

Sumber Gambar :

Stress


1.      Pengertian Stress


a.      Arti penting stress
Stress merupakan suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun psikologis. Dapat dikatakan juga stress adalah reaksi tubuh terhadap situasi yang menimbulkan tekanan, perubahan, ketegangan emosi, dan lain-lain.

Ø  Menurut Hans Selye, “Stress adalah respon manusia yang bersifat nonspesifik terhadap setiap tuntutan kebutuhan yang ada dalam dirinya.”
GAS (General Adaptation Syndrom) merupakan respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress. Respon yang terlibat didalam nya adalah sistem saraf otonom dan sistem endokrin.
Terdapat 3 fase, yaitu :
o   Fase Alarm            (waspada)
o   Fase Resistance (melawan)
o   Fase Exhaustion (kelelahan)

Ø  Faktor-faktor individual dan sosial yang menjadi penyebab stress, yaitu :

Ø  Faktor Individu
Biasanya yang menyebabkan diri individu mengalami stress berasal dari keadaan atau kondisi keluarga,seperti salah pola asuh, broken home, keadaan ekonomi yang sulit, serta kurangnya kecocokan dengan aturan keluarga. Itu semua hanya sebagian kecil faktor individu yang menyebabkan stress.

Ø  Faktor Sosial
Seseorang mengalami stress bukan hanya karena faktor individu saja, melainkan dikarenakan faktor sosialnya juga. Faktor sosial yang dimaksud seperti disebabkan karena bencana alam (gempa bumi, tsunami, longsor, banjir, kebakaran, dan lain-lain). Karena sebab-sebab itulah biasanya individu tersebut merasakan goncangan yang sangat kuat dan jika individu tersebut tidak bias terima keadaan tersebut maka akan menyebabkan seseorang mengalami stress.


b.      Tipe-tipe Stress
Tipe-tipe stress terbagi menjadi empat, yaitu :
Ø  Tekanan
Biasanya tekanan muncul tidak hanya dalam diri sendiri, mealinkan di luar diri juga. Karena biasanya apa yang menjadi pandangan kita terkadang bertentangan dengan pandangan orang tua, itu yang terkadang menjadi salah satu tekanan psikologis bagi seorang anak yang akan menimbulkan stress pada anak tersebut.

Ø  Frustasi
Suatu kondisi psikologis yang tidak menyenangkan sebagai akibat terhambatnya seseorang dalam mencapai apa yang diinginkannya.

Ø  Konflik
Perbedaan pendapat, perbedaan cara pandang bahkan perbedaan pandangan dalam mencapai suatu tujuan itu akan menimbulkan koflik. Biasanya tidak hanya konflik dengan diri sendiri, banyak juga konflik ini terjadi antar beberapa orang, kelompok, bahkna organisasi.

Ø  Kecemasan
Khawatir, gelisah, takut dan perasaan semacamnya itu merupakn suatu tanda atau sinyal
seseorang mengalami kecemasan. Biasanya kecemasan di timbulkan karena adanya rasa
kurang nyaman, rasa tidak aman atau merasa terancam pada dirinya.


c.       Pendekatan problem solving terhadap stress
Proses mental dan intelektual dalam menemukan masalah dan memecahkan masalah berdasarkan data dan informasi yang akurat, sehingga dapat diambil kesimpulan yang cermat dan akurat. Atau ketika kita mendapatkan masalah dan membuat kita stress, lebih baik kita berdoa dan memohon petunjuk dari yang Maha Kuasa.

Ø  Strategi coping yang spontan mengatasi stress, yaitu :

Menurut Lazanus, penanganan stress atau coping terdiri dari dua bentuk, yaitu :
-    Problem-Pocused Coping (coping yang berfokus pada masalah)
Penanganan stress atau coping yang digunakan oleh individu yang mengahadapi masalahnya dan berusaha menyelesaikannya.

-    Emotional-Pocused Coping (coping yang berfokus pada emosi)
Penanganan stress dimana individu memberikan respon terhadap situasi stress dengan cara emosional, terutama dengan penilaian defensive.

Sumber :




Sumber Gambar :

Teori Kepribadian Sehat


Kepribadian adalah terjemahan dari bahasa Inggris “personality” dan kata “persona” berasal dari bahasa Yunani yang berarti topeng.

Lalu tahukah kamu apa itu kepribadian yang sehat? Bagaimanakah ciri-ciri kepribadian yang sehat? 

Berikut kepribadian sehat menurut beberapa ahli, yaitu :


a.      Gordon W. Allport (1897-1967)


Allport menyatakan “kepribadian adalah organisasi dinamis dari system-sistem psikofisik dalam diri individu yang menentukan caranya yang khas (unik) dalam penyesuaian dengan lingkungan.”
Pandangan-pandangan Allport tentang sifat-sifat khusus dari kepribadian terbagi ke dalam tujuh kriteria kepribadian yang matang, yaitu:

1.      Perluasan Perasaan Diri
Ketika diri berkembang maka diri itu meluas menjangkau banyak orang dan benda. Mula-mula diri berpusat hanya pada individu, kemudian ketika pengalaman bertumbuh maka diri bertambah luas meliputi nila-nilai dan cita-cita yang abstrak. Jadi, ketika orang menjadi matang, dia mengembangkan perhatian-perhatian diluar diri. Akan tetapi tida cukup hanya berinteraksi dengan sesuatu atau seseorang diluar diri. Orang harus menjadi partisipan yang langsung dan penuh, Allport menamakan “ partisipasi otentik yang dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana yang penting dari usaha manusia” dan orang harus meluaskan diri ke dalam aktivitas.

2.      Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain
Allport membedakan dua macam kehangatan dalam hubungan dengan orang-orang lain, yaitu :
a.       Kapasitas untuk keintiman
Orang yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orang tua, anak, teman akrab dan partner. Yang dihasilkan oleh kapasitas keintiman adalah suatu perasaan perluasan diri yang berkembang dengan baik. Syarat lain bagi kapasitas untuk keintiman ialah suatu perasaan identitas diri yang berkembang dengan baik. Dan hubungan cinta dari orang yang sehat adalah tanpa syarat, tidak melumpuhkan atau mengikat.
b.      Kapasitas untuk perasaan terharu
Suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang yang sehat memiliki kapasitas untuk memahami kesakitan, penderitaan, ketakutan, dan kegagalan yang merupakan cirri kehidupan manusia. Hasil dari kapasitas untuk perasaan terharu, kepribadian yang matang sabar terhadap tingkah laku orang-orang lain dan tidak mengaadili atau menghukumnya.orang yang sehat menerima kelemahan manusia dan mengetahui bahwa dia memiliki kelemahan yang sama.
  
3.      Keamanan Emosional
Kepribadian-kepribadian yang sehat mampu menerima emosi-emosi manusia. Kepribadian yang sehat mengontrol emosi-emosi mereka, sehingga emosi-emosi ini tidak mengganggu aktivitas antar pribadi. Kualitas lain dari keamanan emosional ialah apa yang disebut Allport “ sabar terhadap kekcewaan “, Seseorang bereaksi terhadap tekanan-tekanan dan terhadap hambatan dari kemauan-kemauan dan keinginan-keinginan.

4.      Persepsi Realistis
Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Orang-orang yang sehat tidak perlu percaya bahwa orang-orang lain atau situasi-situasi semuanya jahat atau semuanya baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya.

5.      Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas
Allport menekankan pentingnya pekerjaan dan perlunya menenggelamkan diri sendiri di dalamnya. Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukkan perkembangan keterampilan-keterampilan dan bakat-bakat tertentu suatu tingkat kemampuan. Allport juga mengutip apa yang dikatakan oleh Harvey Cushing , “ Satu-satunya cara untuk melangsungkan kehidupan adaalah menyelesaikan tugas.
Pekerjaan dan tanggung jawab memberikan arti dan perasaan kontinuitas untuk hidup. Tidak mungkin mencapai kematangan dan kesehatan psikologis yang positif tanpa melakukan pekerjaan yang penting dan melakukannya untuk dedikasi, komitmen, dan keterampilan-keterampilan.

6.      Pemahaman Diri
Kepribadian yang sehat mencapai suatu tingkat pemahaman diri yang lebih tinggi daripada orang-orang neurotis. Pengenalan diri yang memadai menuntut pemahaman tentang hubungan atau perbedaan antara gambaran tentang diri yang dimiliki seseorang dengan dirinya menurut keadaan yang sesungguhnya. Orang yang sehat juga dapat terbuka pada pendapat orang-orang lain dalam merumuskan suatu gambaran diri yang objektif.
Orang yang memiliki suatu tingkat pemahaman diri yang tinggi atau wawasan diri tidak mungkin meproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya yang negative kepada orang lain.

7.      Filsafat Hidup yang Mempersatukan
Orang-orang yang sehat melihat kedepan, didorong oleh tujuan dan rencana jangka panjang. Memiliki suatu perasaan akan tujuan, suatu tugas untuk bekerja sampai selesai. Bagi Allport rupanya mustahil memiliki suatu kepribadian yang sehat tanpa aspirasi-aspirasi dan arah ke masa depan. Maka orang yang sehat akan berkata “ saya sebaiknya bertingkah laku begini “. Suara hati yang matang adalah suatu perasaan kewajiban dan tanggung jawab kepada diri sendiri dan kepada orang-orang lain, dan mungkin berakar dalam nilai-nilai agama atau nilai-nilai etis.



b.      Carl Rogers (1902-1987)


Cara-cara khusus bagaimana diri itu berkembang dan apakah dia akan menjadi sehat atau tidak tergantung pada cinta yang diterima anak pada masa kecil. Pada waktu diri itu berkembang, anak juga belajar membutuhkan cinta atau kebutuhan “ penghargaan positif “ (positive regard). Self concept yang berkembang dari anak sangat dipengaruhi oleh ibu.
Kepribadian yang sehat adalah suatu proses atau suatu arah. Aktualisasi diri berlangsung terus, tidak pernah merupakan suatu kondisi yang selesai atau statis. Tujuannya yakni orientasi ke masa depan, menarik individu kedepan dan selanjutnya mendiferensiasikan dan mengembangkan segala segi dari diri.

Lima sifat orang yang berfungsi sepenuhnya, yaitu :
1.      Keterbukaan pada pengalaman
Sikap keterbukaan pada pengalaman merupakan lawan dari sikap defensif. Kepribadian adalah fleksibel, tidak hanya mau menerima pengalaman-pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tetapi juga membuka kesempatan-kesempatan persepsi dan ungkapan baru.

2.      Kehidupan eksistensial
Kehidupan eksistensial merupakan segi yang esensial dari kepribadian yang sehat.kepribadian terbuka kepada segala sesuatu yang terjadi pada momen itu dan dia menemukan dalam setiap pengalaman suatu struktur yang dapat berubah dengan mudah sbagai respon atas pengalaman momen yang berikutnya.

3.      Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Karena terbuka pada semua pengalaman serta menghidupkan pengalaman-pengalaman itu sepenuhnya, maka individu yang sehat dapat membiarkan seluruh organisme mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi. Semua faktor yang relevan diperhitungkan dan dipertimbangkan serta dicapai keputusan yang akan memuaskan semua segi situasi sengan baik. 

4.      Perasaan bebas
Seseorang yang sehat secara psikologis, semakin juga ia mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak. Orang yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya paksaan atau rintangan antara alternative pikiran dan tindakan.

5.      Kreatifitas
Semua orang yang berfungsi sepenuhnya sangat kreatif dan lebih mampu menyesuaikan diri dan bertahan terhadap perubahan yang drastic dalam kondisi lingkungan. Mereka memiliki kreativitas dan spontanitas untuk menanggulangi perubahan-perubahan traumatis.



c.       Abraham Maslow (1908-1970)


Prasyarat untuk mencapai aktualisasi diri ialah dengan memuaskan kebutuhan yang berada dalam tingkat yang lebih rendah, yaitu :

1.      Kebutuhan-kebutuhan fisiologis
Kebutuhan-kebutuhan yang jelas terhadap makanan, air, udara, dan juga seks. Pemuasan terhadap kebutuhan-kebutuhan tersebut sangat penting untuk kelangsungan hidup. Karena suatu kebutuhan yang dipuaskan tidak lagi merupakan suatu kebutuhan, maka kebutuhan-kebutuhan fisiologis memainkan suatu peranan yang minimal dalam kehidupan kita. Dan setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis dipenuhi, maka akan didorong oleh kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman.

2.      Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman
Kebutuhan-kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan jaminan, stabilitas, perlindungan, ketertiban, bebas dari ketakutan dan kecemasan. Untuk pribadi yang sehat, kebutuhan akan rasa aman tidak berlebih-lebihan atau selalu mendesak. Apabila mencapai suatu tingkat tertentu dari rasa aman dan jaminan, maka kita digerakkan untuk memuaskan kebutuhan akan rasa memiliki dan cinta.

3.      Kebutuhan-kebutuhan akan rasa memiliki dan cinta
Kebutuhan-kebutuhan ini, seperti kita dapat mengggabungkan diri dalam suatu kelompok atau perkumpulan, menerima nilai-nilai dan sifat-sifat guna merasakan perasaan memiliki. Dan untuk memuaskan kebutuhan akan cinta dengan membangun suatu hubungan akrab dan penuh perhatian dengan orang lain dan dengan hubungan ini member dan menerima cinta sama penting. Apabila kita telah memuaskan kebutuhan akan rasa memiliki dan cinta, maka kita membutuhkan rasa penghargaan.

4.      Kebutuhan akan penghargaan
Menurut Maslow, kebutuhan akan penghargaan dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
-          Penghargaan yang berasal dari orang-orang lain.
Kita akan merasa yakin bahwa diri kita baik yaitu jika orang-orang berpikir baik tentang kita.
-          Penghargaan terhadap diri sendiri.
Kita merasa yakin dan aman akan diri kita yaitu ketika merasa berharga dan serasi dan seimbang.
Apabila telah memuaskan semua kebutuhan ini, maka didorong oleh kebutuhan yang paling tinggi yaitu kebutuhan akan aktualisasi diri.

5.      Kebutuhan akan aktualisasi diri
Aktualisasi diri merupakan sebagai perkembangan yang paling tinggi dan penggunaan semua bakat kita, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas kita.

Dan jika semua kebutuhan terpenuhi maka dapat dikatakan kita sehat secara psikologis.

  Sifat-sifat khusus yang menggambarkan pengaktualisasi-pengaktualisasikan diri, yaitu :
1.      Mengamati realitas secara efisien
2.      Penerimaan umum atas kodrat, orang-orang lain dan diri sendiri
3.      Spontanitas, kesederhanaan, dan kewajaran
4.      Fokus pada masalah-masalah di luat diri mereka
5.      Kebutuhan akan privasi dan independensi
6.      Berfungsi secara otonom
7.      Apresiasi yang senantiasa segar
8.      Pengalaman-pengalaman mistik atau “puncak”
9.      Minat sosial
10.  Hubungan antar pribadi
11.  Struktur watak demokratis
12.  Perbedaan antara sarana dan tujuan, antara baik dan buruk
13.  Perasaan humor yang tidak menimbulkan permusuhan
14.  Kreativitas
15.  Resistensi terhadap inkulturasi



d.      Erich Fromm (1900-….)


Orang-orang yang sehat memuaskan kebutuhan-kebutuhan psikologis secara kreatif dan produktif.
Fromm menyebutkan kepribadian yang sehat, yaitu orientasi produktif. “Orientasi” adalah suatu sikap umum atau segi pandangan yang meliputi semua segi kehidupan, respons-respons intleketual, emosional, dan sensoris terhadap orang-orang, benda-benda, dan peristiwa-peristiwa di dunia dan juga terhadap diri. “Produktif” adalah orang yang menggunakan semua tenaga dan potensinya. Orang-orang yang sehat menciptakan diri mereka dengan melahirkan semua potensi mereka, dengan menjadi semua kesanggupan mereka, dengan memenuhi semua kapasitas mereka.
Jadi, orientasi produktif suatu keadaan ideal atau tujuan perkembangan manusia dan belum pernah dicapai dalam masyarakat manapun.  

Sumber :
Schultz, Duane. (2011). Psikologi Pertumbuhan: model-model kepribadian sehat. Yogyakarta: Kanisius

Basuki, Heru. (2008). Psikologi Umum. Jakarta: Universitas Gunadarma

Sumber Gambar :